Tips & Trick Rumah

5 Tips Memilih Lokasi Tanah Untuk Rumah Terbaik

Catat! Begini Tips Memilih Lokasi Tanah Untuk Dijadikan Rumah

Tips Memilih Lokasi Tanah Untuk Rumah akan kita bahas pada kesempatan kali ini. Tanah memiliki beragam sifat yang berbeda, dalam dunia teknik sipil hal ini disebut sebagai daya dukung tanah atau tegangan izin tanah. Hal ini menjadi hal yang penting dalam menentukan dan Memilih Lokasi Tanah Untuk Rumah.

Untuk mengetahui daya dukung tanah harus melalui uji laboratorium tanah dan pekerjaaan ini disebut sondir. Dari hasil penelitian laboratorium tanah atau sondir ini akan diketahui kedalaman tanah keras dan tegangan izin tanah yang dinyatakan dengan satuan kg/cm2.

Hasil uji tersebut menentukan tipe pondasi yang akan digunakan untuk bangunan rumah yang akan dibangun. Semakin besar hasil tegangan izin tanah (antara 0,75 – 1 kg/cm2) maka akan semakin hemat pondasinya.

Jadi, penentuan tanah yang bagus atau tidak bagus secara fisik dapat dilihat dari warna atau kegunaan tanah tersebut.

Kebanyakan pemilik rumah tidak mengetahui faktor ini. Bahkan ada pemborong atau kontraktor yang juga tidak tahu mengenai hal ini. Biaya untuk pekerjaan ini berkisar 3-5 juta rupiah. Biaya ini tidak mahal bila memperhatikan faktor keamanan dan kenyamanan untuk sebuah bangunan rumah.

Di lapangan terdapat beberapa jenis tanah yang dapat digunakan untuk pembangunan rumah. Masing-masingnya perlu diketahui agar tidak terjadi kesalahan dalam menerapkan pemilihan pondasi.

Hal ini tentunya sangat penting untuk Memilih Lokasi Tanah Untuk Rumah Terbaik bagi Anda. Adapun jenis tanah dimaksud sebagai berikut:

Memilih Lokasi Tanah Untuk Rumah Terbaik

Tanah Kebun atau Tanah Merah

Tanah ini disebut tanah merah karena warnanya memang merah. Jenis tanah ini biasa digunakan untuk perkebunan. Kandungan airnya sedikit sehingga tanaman yang ditanam disini harus disiram setiap hari. Bila tidak disiram, biasanya tanaman akan layu.

Umumnya tanah ini terdapat di daerah Bogor, Jakarta Selatan, Wilayah Pasar Minggu, Pondok Indah, Ragunan atau daerah pegunungan. Tegangan izin tanah merah rata-rata mendekati 1 kg/cm2. Pondasi yang bisa digunakan adalah batu kali atau pelat lajur beton.

Tanah Bekas Sawah

Umumnya tanah bekas sawah berwarna kehitaman. Pada tanah ini tidak baik untuk diterapkan pondasi sederhana. Paling tidak, jenis pondasi yang digunakan adalah pondasi sumuran atau pondasi mini tiang pancang.

Hal ini dilakukan karena di musim kemarau, tanah ini menjadi keras dan retak-retak akibat hilangnya air.  Sementara itu di musim hujan, tanah tidak berubah menjadi lumpur. Bila di tanah ini dibangun rumah akan ada resikonya yaitu rumah akan mengalami retak parah.

Kondisi tanah sawah seperti ini sebaliknya diperbaiki dahulu sebelum dibangun rumah diatasnya, yaitu dengan memasang curucuk sebelum pondasi dipasang. Curucuk dari bambu berukuran diameter 6-8 cm dengan pola jarak pemasangannya 25 cm x 25 cm di sepanjang bagian bawah pondasi.

Curucuk bambu ini dapat diganti dengan kayu dolken agar lebih kuat dengan jarak pemasangannya 30 cm x 30 cm. Kedalamannya harus sampai pada bagian tanah keras atau semaksimal sampainya.

Tanah Dekat Danau atau Setu

Bila tidak ada pilihan lain, maka tanah yang berada di lokasi dekat danau atau setu masih bisa didirikan sebuah rumah, tetapi dengan beberapa catatan agar tidak kecewa di kemudian hari. Karena pada umumnya tanah di tepi danau ini bersifat lunak karena mengandung air yang meresap kedalam pori-pori tanah.

Seberapa jauh resapan air danau tersebut kedalam tanah sangat sulit untuk diterka dengan kasat mata. Oleh karena itu, untuk mengetahuinya harus dilakukan sondir terlebih dahulu. Hasilnya nanti akan dapat diketahui berapa jauh rembesan airnya dan berapa meter kedalaman tanah keras berada.

Bila sondir tidak dilakukan, dikhawatirkan pada beberapa tahun kemudian sebagian bangunan akan amblas kedalam tanah. Mengeluarkan sedikit biaya untuk sondir dengan tujuan keamanan tentunya akan sangat menguntungkan dibandingkan dengan berspekulasi melakukan pembangunan rumah tanpa sondir.

Hasil dari sondir tersebut dapat dijadikan referensi untuk pemilihan pondasi yang tepat untuk bangunannya. Sehingga risiko untuk salah dalam menentukan pondasi dapat diminimalisir dan tentunya akan membuat kita lebih tenang dalam membangun rumah nya nanti.

Tanah Bekas Timbunan Sampah

Tanah jenis ini kurang bagus untuk digunakan mendirikan bangunan biasa maupun bangunan bertingkat. Bila lokasi ini tetap dibangun rumah dikhawatirkan rumah akan patah sehingga tidak dapat lagi diperbaiki kecuali dibongkar dan ditata ulang.

Namun bila tidak ada pilihan lokasi lain dan hanya ada lokasi tanah bekas timbunan sampah diperlukan perlakuan terlebih dahulu sebelum digunakan untuk bangunan rumah. Ada tiga cara untuk mengatasi tanah bekas buangan sampah, yaitu sebagai berikut:

Sampah dikeruk dan dibuang, kemudian diganti dengan tanah urugan. Pondassi rumah wajib menggunakan pondasi mini tiang pancang atau strauss pile.
Bila sampah tidak dibuang, pondasinya adalah pondasi mini pancang dan pelat lantai dasarnya adalah pelat beton bertulang.

Tanah Bekas Urugan Puing

Tampaknya pada bekas urugan puing paling mudah dilaksanakan pembangunan rumah. Namun, kondisi tanah yang dihasilkan tetap saja tidak memenuhi syarat untuk didirikan bangunan diatasnya.

Terlihat dari luar tanahnya seperti sudah padat, padahal tidak begitu. Masih membutuhkan beberapa tahun agar tanahnya bisa benar-benar dapat dibangun rumah diatasnya.

Hal ini disebabkan pada waktu mengurug, puing-puing terkondisi untuk tidak bisa langsung padat. Sebagian puingnya membentuk rongga-rongga. Bagian rongga inilah yang tidak bisa padat.

Ketika dibangun rumah diatasnya, akan terjadi pergerakan tanah yang berongga tadi karena mulai memadat akibat tekanan beban rumah diatasnya. Repotnya penekanan ini tidak serentak dan tidak langsung padat.

Seiring dengan bertambahnya berat beban rumah maka terjadilah pemadatan secara alami dan berkala hingga akhirnya betul-betul padat. Kepadatan ini mengakibatkan bangunan menjadi rusak karena pondasi turut tertarik  turun.

Dapat dibayangkan hal tersebut pasti akan mengakibatkan terjadinya kerusakan pada bangunan diatasnya. Hal ini tentunya dapat menyebabkan kerugian yang besar bila tidak dilakukan tindakan yang serius.

Diatas tanah bekas urugan puing ini dapat dibangun ruang dengan melalui penanganan tanah sebagai berikut ini:

Tanah dibiarkan beberapa tahun. Adanya air hujan dan panas yang berganti menerpa tanah tersebut akan memadatkan rongga-rongga pada puing dibawahnya.
Pondasi yang digunakan adalah pondasi mini tiang pancang. Lantai dasar memakai pelat beton bertulangBila ingin aman, cepat dan viaya tidak besar maka urugan dipadatkan dengan mesin giling pada setiap lapisan 70 cm hingga padat sempurna.
Proses bangunan yang turun dari muka tanah setelah sekian lama terjadi penurunan pondasi akibat tanah tidak mampu menahan berat bangunan sehingga pondasi mengalami penurunan.

Memang penurunan tanah bisa terjadi akibat membangun rumah di lokasi bekas urugan puing. Jadi sebaiknya dalam Memilih Lokasi Tanah Untuk Rumah hendaknya selalu perhatikan jenis tanah apakah lokasi yang kan kita dirikan bangunan nantinya.

Cermatlah dalam memilih lokasi tanah untuk rumah Anda, dan tentunya lakukan tindakan dan perlakuan yang tepat pada tanah tersebut sebelum dibangun pondasi, supaya tidak menyesal dikemudian hari.

Back to top button